Senangnya lihat pesawat terbang
saat melintas disekitar rumahku ketika aku masih kecil hingga terbersit dalam
ingatanku, apa bisa aku naik pesawat terbang? karena orang tuaku hanya seorang
guru yang ketika gajian habis sudah untuk membayar uang sekolah anak-anaknya
yang terdiri dari 7 orang.
Ketika bermainpun aku bisa menghentikan
permainku sementara melihat pesawat yang melintas sampai hilang suara dan
pesawat tersebut dari pandanganku karena keinginanku yang sangat dalam untuk
menaikinya. Alangkah senang bisa terbang seperti burung yang bebas kesana
kemari dan melihat cakrawala yang begitu luasnya.
Kediaman kami berada sekitar 1 km
dari landasan pacu pesawat terbang Janis capung yang dikhususkan untuk mengobati tanaman yang ditanam oleh PTP IX (sekarang
PTPN II) di daerah Helvetia kecamatan labuhan Deli jauh dari deru pesawat terbang komersil.
Ketika ada keluarga atau teman
yang akan berangkat ke daerah lain, selalu kami bertanya dengan beliau,
berangkat ke sana naik apa? Ketika jawabannya naik pesawat terbang terbayang
lagi dalam benakku, begitu mahalnya terbang. Aku akan tertegun dalam hati, apa bisa
aku terbang. Khayalanku pun terbang setinggi-tingginya.
Selepas SMA, aku masih berhayal
untuk mencoba menaklukan keinginaknu terbang. Banyak teman-teman sebayaku
mencoba mengikuti akademi militer dimana aku memilih akademi angkatan udara,
tetapi karena belum rezeki aku tidak lulus dan akhirnya akupun memilih kuliah
untuk melangsungkan pendidikanku di perguruan tinggi.
Sambil kuliah tahun 1990 akupun
dicarikan pekerjaan oleh Bapakku yang seorang guru untuk mengajar di SMK PAB 2
Helvetia yang kelak akan merubah hidupku. Aku tau mengajar bukan harapan untuk
kaya, tetapi aku yakin Allah tidak pernah tidur. Keinginanku untuk terbang
selalu saja menghampiriku setiap saat. Setiap ada form pelatihan selalu aku isi
dengan harapan aku akan dipanggil untuk mengikuti pelatihan tersebut. Maklumlah
untuk seorang guru swasta, ngimpi kali yee.. kalau berharap bisa terbang dengan
biaya pribadi. Berapa sih gaji guru swasta?
Tahun 2001 Alhamdulillah, akupun
menikahi salah satu guru di SMK PAB 2 Helvetia, walupun menikah aku masih punya
keinginan terbang entah dari mana uangnya.Dengan izin Allah Swt tahun 2010 aku
dipanggil diklat guru di Sawangan Jakarta, Betapa senang hatiku, doaku selama
ini di ijabah Allah SWT. Dengan naik pesawat akupun berangkat ke Jakarta, Pusat
pemerintahan dan penyelenggara Negara ini. Ketika itu baru saja kejadian Sunami
aceh, hingga saat aku barangkatpun masih ada gempa hingga petugas dibandarapun
hilang sama sekali pada saat aku boarding pass, karena ketakutan adanya gempa
yang berasal dari NIas. Semakin Deg-degan aku untuk terbang pertama sekali
seumur hidupku.
Awal terbang yang tidak gampang,
kenapa? Karena di tahun tersebut banyak kejadian pesawat jatuh, gagal mendarat,
hilang, entah apalagi yang kutahu bahwa ini sajarah baru dalam hidupku dimana
keinginanku diuji dengan segala macam
bencana yang terjadi dinegeriku Indonesia. Ada rasa takut, tapi keinginan
terbang menghalangi segala macam kejadian tersebut. Dengan izin Allah aku
pulang - pergi dengan naik pesawat terbang. Syukur aku kepada Allah SWT yang
memberikan rezekiNya kepadaku dalam rangka mencerdaskan anak bangsa.
Tahun 2012, Kepala Sekolah SMK
PAB 2 Helvetia, dengan izin Allah SWT, mengajak perangkat sekolah dan
keluarganya untuk traveling ke luar negeri, kebetulan aku diangkat menjadi
wakil kepala sekolah sejak 2008. Betapa kabar gembira yang tidak perlu
kuabaikan. Aku sampaikan berita gembira ini kepada anak dan istriku, kuajak
mereka mengurus paspor karena persyaratan utama untuk terbang keluar negeri adalah
adanya passport. Subhanallah Aku berangkat dengan keluarga, suatu impian yang
jauh sekali untuk seorang guru swasta mengajak keluarganya Traveling keluar
negeri. Kami membooking tiket untuk 11 orang.
Keberangkatan kami menggunakan Air Asia dengan motto
"Now everyone can fly", ternyata benar, guru
SMK Swasta yang bukan siapa-siapa ini benar bisa terbang. Syukur aku kapada Allah Swt,Terima kasih
kepada Sekolah dan Air Asia yang telah
mewujudkan mimpi terbangku selama ini.
Kami mencari waktu
yang lapang dan akhirnya bulan Juli 2012 kami berangkat ke Kuala Lumpur,
Singapura, dan kembali lagi ke Kuala Lumpur, dimana perjalanan ini memakan
waktu 6 hari 5 malam, sebuah kenangan yang tak terlupakan seumur hidupku. Aku
senang, penerbangan kali ini membawa anakku yang berumur 8 tahun untuk terbang
bersama ke Luar negeri. Dimana saat aku berumur yang sama dengan dia masih
berhayal untuk naik pesawat terbang, boro-boro keluar negeri. Aku saja baru
mencapai umur 40 tahun baru bisa keluar
negeri. Memang ini semua adalah karunia Allah SWT. Subhanallah.
Tahun 2014, bulan
Juni tanggal 21 s.d 24, syukur Alhamdulillah, Saya, Bendahara,dan Kepala
Sekolah berangkat kembali ke Kuala
Lumpur dan Singapura untuk survey dimana penerbangan ini kembali dengan AirAsia motto "Now everyone can
fly". Survey ini kami lakukan karena pada bulan desember tahun 2014 kami
akan berangkat dengan keluarga besar SMK PAB 2 Helvetia, 86 orang sekaligus
traveling dengan AirAsia motto
"Now everyone can fly".
Semoga keinginan
dan mimpi kami dari keluarga besar SMK PAB 2 Helvetia, dimana merupakan
keinginan dari “Cek Gu” ,pahlawan tanpa tanda jasa bisa terwujud, terbang
bersama AirAsia motto "Now everyone can fly" Amin ya Robbal alaamin.
(Nama, Ahmad WijayaNo. KTP/passport, 1271121705720003/ A 1644467
Nomor HP, 08126309408
Alamat email, ahmadwijay@yahoo.co.id
Alamat blog ahmadwijay@blogspot.com