Jumat, 11 September 2009

Setelah Ramadhan Berlalu ...

Setelah bulan Ramadhan berlalu, orang akan terbagi menjadi beberapa bagian, namun secara garis besarnya mereka terbagi dua kelompok :
Kelompok yang pertama : Orang yang pada bulan Ramadhan tampak sungguh-sungguh dalam ketaatan, sehinggga orang tersebut selalu dalam keadaan sujud, shalat, membaca Al-Quran atau menangis, sehingga bisa-bisa anda lupa akan ahli ibadahnya orang-orang terdahulu (salaf). Anda akan tertegun melihat kesungguhan dan giatnya dalam beribadah.
Namun itu semua hanya berlalu begitu saja bersama habisnya bulan Ramadhan, dan setelah itu ia kembali lagi bermalas-malasan, kembali mendatangi maksiat seolah-olah ia baru saja dipenjara dengan berbagai macam ketaatan kembalilah ia terjerumus dalam syahwat dan kelalaian. Kasihan sekali orang-orang seperti ini.
Sesungguhnya kemaksiatan itu adalah sebab dari kehancuran karena dosa adalah ibarat luka-luka, sedang orang yang terlalu banyak lukanya maka ia mendekati kebinasaan. Banyak sekali kemaksitan-kemaksiatan yang dapat menghalangi seorang hamba untuk mengucap "La ilaha illallah" ketika sakaratul maut. Setelah sebulan penuh ia hidup dengan iman, Al-Quran serta amalan-amalan yang mendekatkan diri kepada Allah, tiba-tiba saja ia ulangi perbuatan-perbuatan maksiatnya di masa lalu. Mereka itulah hamba-hamba musiman mereka tidak mengenal Allah kecuali hanya pada satu musim saja (yakni Ramadhan), atau hanya ketika ditimpa kesusahan, jika musim atau kesusahan itu telah berlalu maka ketaatannyapun ikut berlalu. Na’udzu billah min dzalik.
Kelompok yang kedua :Orang yang bersedih ketika berpisah dengan bulan Ramadhan mereka rasakan nikmatnya kasih dan penjagaan Allah, mereka lalui dengan penuh kesabaran, mereka sadari hakekat keadaan dirinya, betapa lemah, betapa hinanya mereka di hadapan Yang Maha Kuasa, mereka berpuasa dengan sebenar-benarnya, mereka shalat dengan sungguh-sungguh. Perpisahan dengan bulan Ramadhan membuat mereka sedih, bahkan tak jarang diantara mereka yang meneteskan air mata. Apakah keduanya itu sama? Segala puji hanya bagi Allah! Dua golongan ini tidaklah sama, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman : Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya [*] masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (Al-Isra': 84).[*] termasuk dalam pengertian keadaan disini ialah tabiat dan pengaruh alam sekitarnya.
Para ahli tafsir mengatakan, makna ayat ini adalah bahwa setiap orang berbuat sesuai dengan keadaan akhlaq yang sudah biasa ia jalani. Barangsiapa berpuasa siang hari di bulan Ramadhan dan shalat di malam harinya, melakukan kewajiban-kewajibannya, menahan pandangannya, menjaga anggota badan serta menjaga shalat jum'at dan jama'ah dengan sungguh-sungguh untuk menyempurnakan ketaatannya sesuai yang ia mampu maka bolehlah ia berharap mendapat ridha Allah, kemenangan di Surga dan selamat dari api Neraka. Orang yang tidak menjadikan ridha Allah sebagai tujuannya maka Allah tidak akan melihatnya.
Jangan seperti orang yang merusak tenunan yang kuat hingga bercerai berai Hati-hatilah, jangan seperti seorang wanita yang memintal benang (menenun) dari kain tersebut ia bikin sebuah gamis atau baju. Ketika semuanya telah usai dan nampak kelihatan indah, maka tiba-tiba saja ia potong kain tersebut dan ia cerai beraikan, helai-demi helai benang dengan tanpa sebab.
Berhati-hati jualah Anda, terutama bagi diri kami pribadi)red! jangan sampai seperti seorang yang diberi oleh Allah keimanan dan Al-Quran namun ia berpaling dari keduanya, dan ia lepaskan keduanya sebagaimana seekor domba yang dikuliti, akhirnya ia masuk keperngkap syetan sehingga jadi orang yang merugi, orang yang terjerumus di dalam jurang yang dalam, menjadi pengikut hawa nafsunya, Naudzu billah mindzalik. Allah Subhanahu wata’ala berfirman : "Dan bacakanlah kepada mereka berita kepada orang yang telah kamu berikan kepadanya ayat-ayat Kami, kemudian mereka melepaskan diri dari ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh syetan sampai ia tergoda, maka jadilah ia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki sesunguhnya Kami tinggikan derajatnya dengan ayat-ayat itu. Tetapi ia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannnya seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang yang mendustakan ayat-ayat Kami maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir." (Al-A'raaf: 175-176). Mengenai amal yang paling dicintai oleh Allah. Rasulullah pernah ditanya : Amalan apa yang paling di sukai Allah? Beliau menjawab: "Yakni yang terus menerus walaupun sedikit". ‘Aisyah radhiyallah 'anha ditanya : Bagaimana Rasulullah mengerjakan sesuatu amalan, apakah ia pernah mengkhususkan sesuatu sampai beberapa hari tertentu, ia menjawab: "Tidak, namun Beliau mengerjakan secara terus menerus, dan siapapun diantara kalian hendaknya ia jika mampu mengerjakan sebagaimana yang di kerjakan Rasulullah Shallallahu alahi wassalamHadits ini memberikan beberapa pelajaran, antara lain : Hendaknya, seluruh kebajikan kita laksanakan secara keseluruhan tanpa pilih-pilih menurut kemampuan kita dan dikerjakan secara rutin. Tengah-tengah dalam beribadah (sedang-sedang), dan menjauhi segala bentuk berlebihan, agar jiwa selalu bersemangat dan lapang, maka dengan ini akan tercapai segala tujuan ibadah, dan sempurna dari berbagai segi. Supaya rutin dalam beramal, suatu amalan meskipun sedikit jika dilakukan secara terus menerus lebih baik dari pada amalan yang banyak namun terputus. Dengan demikian amalan yang sedikit namun rutin akan memberi buah dan nilai tambah yang berlipat ganda daripada amalan banyak yang terputus-putus.Terus Beribadah Hingga Ajal Menjemput Allah Yang Maha Suci dan Maha Mulia telah berfirman kepada hamba dan Rasul-Nya Muhammad Shallallahu alahi wassalam : "Beribadah kamu kepada Rabbmu hingga datang kepadamu Al Yaqin". Yakni maut / kematian. Maksud ayat ini adalah : Janganlah kamu berhenti dari beribadah sehingga kamu mati. jadikanlah batas ibadah adalah batas kehidupan. Telah berkata hamba Allah Nabi Isa (dalam Al Quran) : "Dan Dia telah memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku masih hidup." (Maryam: 31). Nabi bersabda, yang arinya : "Sesungguhnya jika anak adam meninggal maka putus sudah amalnya.." Maka dari sini tiada yang membatasi atau memutuskan amal ibadah kecuali bila telah datang maut.
Jadi meskipun bulan Ramadhan telah berlalu maka seoarang Mukmin hendaknya jangan berhenti dari menjalankan puasa, karena masih banyak puasa-puasa yang lain yang disyariatkan dalam waktu setahun seperti puasa tiga hari dalam tiap bulan, puasa senin kamis, puasa Arofah dan lain-lain. Demikian juga meskipun qiyam di bulan Ramadhan (tarawih) telah usai maka seorang mukmin janganlah berhenti dari menjalakan shalat malam.
.(Sumber; Wa Madza ba'da Ramadhan )
YA MUQALIBBAL QULUB TSABBIT QALBI ‘ALA DIINIKA“wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu”(HR. At-Tirmidzi 4/390).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar