Rabu, 02 Juli 2014

Asyiknya terbang


Senangnya lihat pesawat terbang saat melintas disekitar rumahku ketika aku masih kecil hingga terbersit dalam ingatanku, apa bisa aku naik pesawat terbang? karena orang tuaku hanya seorang guru yang ketika gajian habis sudah untuk membayar uang sekolah anak-anaknya yang terdiri dari 7 orang.
 Ketika bermainpun aku bisa menghentikan permainku sementara melihat pesawat yang melintas sampai hilang suara dan pesawat tersebut dari pandanganku karena keinginanku yang sangat dalam untuk menaikinya. Alangkah senang bisa terbang seperti burung yang bebas kesana kemari dan melihat cakrawala yang begitu luasnya.
Kediaman kami berada sekitar 1 km dari landasan pacu pesawat terbang Janis capung yang dikhususkan untuk mengobati  tanaman yang ditanam oleh PTP IX (sekarang PTPN II) di daerah Helvetia kecamatan labuhan Deli  jauh dari deru pesawat terbang komersil.
Ketika ada keluarga atau teman yang akan berangkat ke daerah lain, selalu kami bertanya dengan beliau, berangkat ke sana naik apa? Ketika jawabannya naik pesawat terbang terbayang lagi dalam benakku, begitu mahalnya terbang. Aku akan tertegun dalam hati, apa bisa aku terbang. Khayalanku pun terbang setinggi-tingginya.
Selepas SMA, aku masih berhayal untuk mencoba menaklukan keinginaknu terbang. Banyak teman-teman sebayaku mencoba mengikuti akademi militer dimana aku memilih akademi angkatan udara, tetapi karena belum rezeki aku tidak lulus dan akhirnya akupun memilih kuliah untuk melangsungkan pendidikanku di perguruan tinggi.
Sambil kuliah tahun 1990 akupun dicarikan pekerjaan oleh Bapakku yang seorang guru untuk mengajar di SMK PAB 2 Helvetia yang kelak akan merubah hidupku. Aku tau mengajar bukan harapan untuk kaya, tetapi aku yakin Allah tidak pernah tidur. Keinginanku untuk terbang selalu saja menghampiriku setiap saat. Setiap ada form pelatihan selalu aku isi dengan harapan aku akan dipanggil untuk mengikuti pelatihan tersebut. Maklumlah untuk seorang guru swasta, ngimpi kali yee.. kalau berharap bisa terbang dengan biaya pribadi. Berapa sih gaji guru swasta?
Tahun 2001 Alhamdulillah, akupun menikahi salah satu guru di SMK PAB 2 Helvetia, walupun menikah aku masih punya keinginan terbang entah dari mana uangnya.Dengan izin Allah Swt tahun 2010 aku dipanggil diklat guru di Sawangan Jakarta, Betapa senang hatiku, doaku selama ini di ijabah Allah SWT. Dengan naik pesawat akupun berangkat ke Jakarta, Pusat pemerintahan dan penyelenggara Negara ini. Ketika itu baru saja kejadian Sunami aceh, hingga saat aku barangkatpun masih ada gempa hingga petugas dibandarapun hilang sama sekali pada saat aku boarding pass, karena ketakutan adanya gempa yang berasal dari NIas. Semakin Deg-degan aku untuk terbang pertama sekali seumur hidupku.
Awal terbang yang tidak gampang, kenapa? Karena di tahun tersebut banyak kejadian pesawat jatuh, gagal mendarat, hilang, entah apalagi yang kutahu bahwa ini sajarah baru dalam hidupku dimana keinginanku diuji  dengan segala macam bencana yang terjadi dinegeriku Indonesia. Ada rasa takut, tapi keinginan terbang menghalangi segala macam kejadian tersebut. Dengan izin Allah aku pulang - pergi dengan naik pesawat terbang. Syukur aku kepada Allah SWT yang memberikan rezekiNya kepadaku dalam rangka mencerdaskan anak bangsa.
Tahun 2012, Kepala Sekolah SMK PAB 2 Helvetia, dengan izin Allah SWT, mengajak perangkat sekolah dan keluarganya untuk traveling ke luar negeri, kebetulan aku diangkat menjadi wakil kepala sekolah sejak 2008. Betapa kabar gembira yang tidak perlu kuabaikan. Aku sampaikan berita gembira ini kepada anak dan istriku, kuajak mereka mengurus paspor karena persyaratan utama untuk terbang keluar negeri adalah adanya passport. Subhanallah Aku berangkat dengan keluarga, suatu impian yang jauh sekali untuk seorang guru swasta mengajak keluarganya Traveling keluar negeri. Kami membooking tiket untuk 11 orang.
Keberangkatan kami menggunakan Air Asia dengan motto "Now everyone can fly", ternyata benar, guru SMK Swasta yang bukan siapa-siapa ini benar bisa terbang.  Syukur aku kapada Allah Swt,Terima kasih kepada Sekolah dan Air Asia yang telah mewujudkan mimpi terbangku selama ini.
Kami mencari waktu yang lapang dan akhirnya bulan Juli 2012 kami berangkat ke Kuala Lumpur, Singapura, dan kembali lagi ke Kuala Lumpur, dimana perjalanan ini memakan waktu 6 hari 5 malam, sebuah kenangan yang tak terlupakan seumur hidupku. Aku senang, penerbangan kali ini membawa anakku yang berumur 8 tahun untuk terbang bersama ke Luar negeri. Dimana saat aku berumur yang sama dengan dia masih berhayal untuk naik pesawat terbang, boro-boro keluar negeri. Aku saja baru mencapai umur  40 tahun baru bisa keluar negeri. Memang ini semua adalah karunia Allah SWT. Subhanallah.
Tahun 2014, bulan Juni tanggal 21 s.d 24, syukur Alhamdulillah, Saya, Bendahara,dan Kepala Sekolah berangkat  kembali ke Kuala Lumpur dan Singapura untuk survey dimana penerbangan ini kembali dengan  AirAsia motto "Now everyone can fly". Survey ini kami lakukan karena pada bulan desember tahun 2014 kami akan berangkat dengan keluarga besar SMK PAB 2 Helvetia, 86 orang sekaligus traveling dengan  AirAsia motto "Now everyone can fly".
Semoga keinginan dan mimpi kami dari keluarga besar SMK PAB 2 Helvetia, dimana merupakan keinginan dari “Cek Gu” ,pahlawan tanpa tanda jasa bisa terwujud, terbang bersama AirAsia motto "Now everyone can fly"  Amin ya Robbal alaamin.
(Nama,  Ahmad Wijaya
 No. KTP/passport, 1271121705720003/ A 1644467
 Nomor HP, 08126309408
 Alamat email, ahmadwijay@yahoo.co.id
 Alamat blog ahmadwijay@blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar